THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Rabu, 13 Agustus 2008

Pendidikan TIK di Indonesia

Fakta di lapangan membuktikan bahwa banyak komputer-komputer sekolah masih menggunakan teknologi lama seperti Pentium 2 dengan RAM 64 atau bahkan di bawahnya. Tetapi fakta juga membuktikan bahwa Teknologi selalu berkembang terus.


Teknologi yang baik haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi saat ini. Bila mengacu pada teknologi terbaru, maka pendidikan teknologi informasi di Indonesia tidak akan berjalan dengan baik Di setiap daerah kebutuhan akan teknologi mungkin berbeda dengan daerah lain, oleh karena itu kurikulum TIK jangan disamaratakan untuk masing-masing daerah, kalau bisa fleksibel.

Teknologi Informasi harus dikembangkan oleh orang Indonesia sendiri sesuai dengan kebutuhan di daerahnya masing-masing. Bila mengikuti pertumbuhan teknologi dari luar negeri, maka kita sudah menjadi korban teknologi bukan sebagai pemanfaat teknologi. Indonesia tidak membutuhkan Teknologi Terbaru, tetapi membutuhkan Teknologi yang sesuai dengan Kebutuhan dan Kondisi masyarakat saat ini.

Penggunaan software tidak harus mengikuti versi yang terbaru, kalau bisa kembangkan sendiri dan kemudian buat komunitas untuk mengembangkannya bersama-sama. Atau cari software-software open source (gratis) yang masih mendukung teknologi “lama” yang harganya jauh lebih terjangkau. Yang penting output atau hasilnya bisa digunakan dan dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan.

Masyarakat kita memang sangat jauh dari teknologi, oleh karena itu teknologi yang harus diberikan juga jangan terlalu hanya melihat atau mengacu pada luar negeri, tetapi harus melihat pada kebutuhan masyarakat. Kalau masyarakat masih membutuhkan DOS, berikan DOS tidak perlu Windows. Walaupun berjalan sangat lamban dan kelihatan mengada-ngada, tetapi yang paling penting masyarakat tersadarkan akan pentingnya teknologi dan bisa menggunakannya tanpa rasa takut. Ini hanya salah satu contoh saja agar kita tidak tergantung pada Teknologi Terbaru atau Populer yang paling banyak digunakan orang. Kita harus percaya diri dalam memilih dan mengembangkan teknologi, walaupun kelihatan kuno dan sederhana sehingga dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat setempat.

Oleh karena itu setiap daerah harus ada satu atau beberapa orang yang mengerti dan menguasai Teknologi Informasi, memahami kebutuhan masyarakat sekitar dan kemudian mensosialisasikannya. Sekali lagi, Teknologi Informasi bukanlah teknologi terbaru atau teknologi populer sehingga pikiran kita menjadi tidak bergantung atau menjadi korban teknologi.

Standar Internasional memang perlu bagi daerah-daerah tertentu, tetapi yang penting aplikasinya harus dirasakan manfaatnya bagi daerah itu sendiri. Bila ilmu yang didapat sesuai dengan standar internasional tetapi tidak dapat diaplikasikan di daerahnya, kemudian siswa mencari pekerjaan dan mengembangkannya di tempat lain akan sayang sekali. Ini jangan sampai terjadi. Pendidikan ICT harus berlandaskan kebutuhan, bukan keinginan atau nafsu yang berlomba-lomba mengikuti standar tertentu atau menggunakan teknologi terbaru.

Bila di daerahnya masih menggunakan koneksi dial-up, pikirkan teknologi apa yang dapat menunjang infrastruktur tersebut. Kalau hanya mengeluh dan harus menggunakan broadband atau cable maka yang akan terjadi hanya menuntut dan menuntut tanpa adanya usaha untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bila di daerah tersebut hanya punya satu komputer, pikirkan bagaimana memberdayakan satu komputer tersebut untuk menunjang kebutuhan masyarakat sekitar. Bagaimana kita bisa menjadi kordinator untuk menjembatani kebutuhan masyarakat menggunakan Teknologi Informasi. Ini memang perlu pengetahuan, keahlian dan tentunya pengorbanan.

Era Teknologi Informasi dan Komunikasi seharusnya sudah melampaui ruang dan waktu, alat apapun yang digunakan, siapapun yang mengerjakannya yang penting hasilnya bermanfaat bagi semua orang. Seperti misalkan ingin membuat film animasi, tidak perlu menggunakan software terbaru atau paling populer. Gunakan software yang menurut orang kuno atau tidak populer, tetapi hasilnya bisa bermanfaat dan menghibur orang. Inilah yang harus menjadi pola pikir orang Indonesia dalam mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi di tanah air tercinta.

0 komentar: